5 Banjir Paling Mematikan di Indonesia yang Menewaskan Ratusan Orang

Banjir telah terjadi di beberapa wilayah Indonesia setelah hujan lebat dalam beberapa pekan terakhir. Tidak hanya di Jakarta, tapi juga di sekitar ibu kota seperti Bekasi dan Tangrang. Banjir merupakan bencana yang terjadi karena berbagai sebab. Diantaranya, timbunan sampah yang menghambat aliran sungai adalah sistem drainase yang tidak bisa mengalirkan sungai. Setiap tahun pemerintah terus berupaya mengatasi banjir. Tentu saja, banjir bukanlah hal baru bagi Indonesia sendiri. Berikut 5 banjir terparah di Indonesia abad 21 dalam sejarah nasional.

1. Bukit Lawang (2003)

Indonesia menyampaikan belasungkawa pada November 2003. Bulan puasa, masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Baholok di Bukit Lawang, Sulawesi Utara tidak menyangka akan terjadi banjir bandang. Sedikitnya 200 orang tewas dan negara sedang berduka. Banjir diyakini disebabkan oleh rusaknya hutan di sekitarnya dan air hujan yang tidak terserap ke dalam tanah. Banjir saat ini tidak akan terulang lagi. Masyarakat, dunia usaha, dan pemerintah diyakini sepenuhnya memahami cara kerja kelestarian hutan.

2. Jember (2006)

Jika banjir bandang Bukit Lawang terjadi pada akhir tahun, banjir bandang Kabupaten Jember sebenarnya terjadi pada awal tahun, tepatnya Januari 2006. Saat itu, sekitar bulan Januari banyak hujan. Dengan kondisi seperti ini, masyarakat sekitar Jember tidak menyangka sungai Denoyo dan Kalipse akan membanjiri dan menutupi kota. Hujan lebat berlanjut dari Januari hingga Februari 2006. Banjir bandang Jember melanda 11 kecamatan di Jember. Kecamatan Panty merupakan daerah yang paling terkena dampak bencana. Dari 58 kematian, 52 berasal dari wilayah ini.

3. Jakarta (2007)

5 Banjir Paling Mematikan di Indonesia yang Menewaskan Ratusan Orang

Di antara kota-kota yang mengalami banjir, DKI Jakarta adalah daerah yang paling banyak dilaporkan. Ibukota Indonesia memiliki tradisi banjir, terutama saat musim hujan di akhir tahun dan awal tahun. Namun, banjir yang dialami Jakarta pada 2007 berbeda. Saat itu ketinggian Jakarta mencapai 3 meter dan terendam seluruhnya. 48 orang tewas dalam kecelakaan itu. Penyebab utamanya adalah hujan lebat yang membanjiri 13 sungai di sekitar Jakarta. Banjir tersebut tercatat sebagai banjir terparah yang pernah dialami ibu kota. Saat itu, banjir terjadi di wilayah selain Jakarta, dan menelan korban jiwa. Dari jumlah tersebut, 32 orang meninggal di Jawa Barat dan sekitar Banten.

Baca Juga : Banjir Bandar Terbesar yang Pernah Melanda di Indonesia

4. Washio (2010)

Banjir tidak hanya terjadi di Indonesia bagian barat, tetapi juga di Indonesia bagian timur. Baru pada tahun 2010, kawasan Wasioor di Kabupaten Teluk Wondama Papua Barat dilanda banjir besar. Banjir tersebut disebabkan luapan Sungai Batangsara yang terletak di hulu Pegunungan Wangdiwoi. Tidak dapat menghentikan aliran air, Sungai Batangsara sendiri membanjiri, menghujani sebagian besar wilayah Papua Barat selama dua hari. Selain itu, beberapa penelitian menyimpulkan bahwa perlindungan hutan yang tidak memadai adalah penyebab banjir Washiole. Sedikitnya 158 orang tewas dan 145 hilang dalam kecelakaan tragis itu.

5. Tango (2011)

Kembali ke Indonesia bagian barat. Pada 10 Maret 2011, tepat saat musim hujan akan berakhir, terjadi banjir bandang di wilayah Aceh Tanse. 24 orang tewas dan banyak luka-luka dilaporkan. Sebagian besar dari mereka yang meninggal tidak bisa menghindari gelombang besar yang membanjiri sungai. Tidak hanya aliran sungai yang deras, namun juga korban jiwa karena sungai tersebut membawa ratusan kayu ilegal ke kawasan Tanse.

Saya sangat khawatir dengan situasi hutan di Tanse. Pemanenan air hujan tidak lagi ideal karena penebangan liar membuat hutan menjadi tandus. Inilah lima banjir yang paling banyak menyebabkan kematian di Indonesia sejak awal abad ke-21. Keseimbangan alam perlu dijaga. Salah satunya adalah kepedulian terhadap lingkungan. Dengan rentetan peristiwa tersebut di atas, tidak ada lagi alasan untuk mengabaikan isu pelestarian alam.