Keluarga korban kecelakaan Boeing 737 MAX meminta European Aviation Safety Agency (EASA) untuk menunda penerbitan izin pilot untuk pesawat tersebut.
Dalam surat kepada Direktur Eksekutif EASA Patrick Kyu, kerabat para korban mengatakan belum ada jawaban atas pertanyaan tentang keselamatan pesawat tersebut.
Mereka mengatakan Boeing harus terlebih dahulu menganalisis pesawat yang dimodifikasi dan menulis laporan kecelakaan.
“EASA belum bisa menyimpulkan bahwa 737 MAX yang diperbaiki aman sampai melakukan penilaian keamanan sendiri,” kata kerabat dan teman korban kecelakaan dalam surat tersebut.
1. Pernyataan EASA
Keluhan keluarga korban datang setelah EASA mengumumkan akan secara resmi mencabut larangan pesawat bulan depan. Setelah mengkaji tanggapan masyarakat dan industri terhadap kondisi pesawat tersebut, EASA memutuskan apakah bisa terbang mundur dan mengangkut penumpang.
Seorang juru bicara EASA mengatakan dia tidak akan mengomentari komentar saat ini dalam proses sertifikasi ulang. Dia mengatakan perusahaan bermaksud untuk mengadopsi kebijakan kelaikan udara terbaru pada Januari setelah meninjau semua komentar.
2. Kritik terhadap keputusan FAA
Dalam surat itu, keluarga korban termasuk mempertanyakan keputusan Administrasi Penerbangan Federal (FAA) AS untuk mencabut larangan terbang pesawat Boeing 737 MAX. Komite Perdagangan Senat menyebutkan pada hari Jumat bahwa FAA telah mempekerjakan karyawan Boeing selama sertifikasi kembali 737 MAX.
“EASA diminta menjelaskan mengapa Boeing membuat pesawat lebih aman karena perubahan pesawat, dan meminta penyerangan untuk meningkatkan margin keselamatan pesawat pada langkah ketiga. Mereka juga menyerukan peninjauan sistem peringatan kabin dan awak untuk memenuhi standar keamanan modern,” katanya. melaporkan Channel News Asia.
Awal bulan lalu, Administrasi Penerbangan Federal (FAA) AS mengumumkan persetujuannya untuk terus mengoperasikan pesawat Boeing tersebut. Ini terjadi setelah memeriksa perubahan desain yang dilakukan Boeing pada sistem.
3. Kecelakaan dengan Boeing 737 MAX
Boeing 737 MAX terlibat dalam dua kecelakaan fatal pada 2018 dan 2019. Kedua kecelakaan tersebut merenggut 346 nyawa.
Kecelakaan pertama di Indonesia pada 2018 menewaskan 189 orang. Dalam kecelakaan lain, sekitar lima bulan kemudian, pesawat Ethiopian Airlines serupa ditabrak. 157 orang tewas dalam kecelakaan di Ethiopia.
Setelah tragedi tersebut, Boeing menerima beberapa tuduhan, jenis pesawat yang terlibat dalam kecelakaan itu dilarang terbang dan menjadi subjek penyelidikan internasional.
Artikel Lainnya : Parlemen akan mengubah hukum Gereja Ortodoks dan protes di Montenegro